Tuesday, October 15, 2013

Alasan untuk menulis..

Ada alasan mengapa menulis menjadi suatu hal yang gemar penulis lakukan, bukanlah alasan yang spesifik, namun cukuplah alasan tersebut untuk diri penulis saja, jika ada yang mengikuti alasan atau saran penulis, setidaknya membuktikan bahwa apa yang mendasari penulis melakukan hal tersebut benar adanya, dan di sisi lain ada juga yang membaca tulisan ini dan bermanfaat..

Alasan pertama, menurut penulis, menulis merupakan suatu sarana untuk mengaktualisasikan diri penulis, mewujudkan apa yang ada dibenak penulis setidaknya menjadi suatu konsep, tidak hilang begitu saja..ide atau gagasan-gagasan seringkali muncul, dan seringkali juga tidak berada di tempatnya. Misalkan saja berada di kamar mandi, saat kita hendak mandi. Seringkali ide segar baik itu ide untuk tema tulisan, hal yang kita lakukan, atau bahkan evaluasi diri dari yang telah kita lakukan muncul dengan sangat brilian. Bahkan penulis seringkali berpikir, seandainya saja ada yang mau menciptakan tablet komputer seukuran kaca kamar mandi yang murah meriah sehingga setiap orang yang memiliki ide yang kebetulan sama-sama di kamar mandi, dapat segera menuangkannya dalam bentuk tulisan..

Alasan yang kedua adalah, dengan menulis, penulis tidak terlupa, bahkan jika penulis membuka kembali tulisan penulis, penulis menjadi ingat tentang apa yang pernah penulis rasakan, pernah penulis pikirkan..ya dengan membaca tulisan kita kembali, maka kita akan merasa bahwa kita pernah ada dan pernah menuangkannya dalam tulisan..Aku berpikir, maka aku ada..dan aku menuangkannya ke dalam bentuk tulisan lebih tepatnya baru aku ada.

Alasan ketiga, melalui tulisan, sebenarnya kita mengasah kemampuan bahasa tulis kita. Seseorang lancar dalam berbahasa indonesia secara komunikasi hal tersebut karena orang tersebut rajin untuk berbicara dalam bahasa indonesia..begitu juga dalam bahasa inggris..Hal yang mau penulis katakan adalah, dengan menulis, kita sebenarnya melakukan shaping atau membentuk bahasa tulisan kita sendiri.

Alasan keempat adalah, sebenarnya dengan menulis, penulis sekaligus belajar mengenai suatu hal..Banyak dari tulisan yang penulis keluarkan pada awalnya bukan karena penulis ahli di bidangnya, melainkan karena penulis pertama tertarik dengan suatu isu, kemudian penulis berpikir bahwa akan lebih baik jika kita menulisnya..maka kita akan mencari bahan lebih banyak lagi..itu makanya dulu guru-guru SD waktu penulis kecil selalu menasehati bahwa jika kita ingin belajar dan menjadi pintar, ada baiknya dilakukan sambil menulis..karena dua kali ilmu tersebut akan masuk ke kepala kita..nasihat orang terdahulu memang selalu baik..

Begitulah setidaknya alasan yang penulis ambil sebagai dasar mengapa penulis rajin menulis dan mengapa beberapa hari belakangan ini penulis banyak mengeluarkan tulisan-tulisan di beberapa blog penulis..semoga tulisan ini berguna bagi mereka yang sedang mencari inspirasi untuk memulai: menulis!


Thursday, September 12, 2013

Amien atau tidak amien?

Cerita ini sebenarnya sudah terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya saat bersama rekan doktoral dari ETH Zurich, Swiss, meneliti tentang preferensi atau willingness to pay dari warga yang tinggal di sekitaran atau terkena dampak dari luapan sungai Ciliwung. Sebenarnya ceritanya cukup sederhana, tapi setelah dipikir secara mendalam ternyata bisa banyak makna.

Alkisah di suatu rumah responden, penulis bertemu seorang ibu yang sudah cukup tua..awalnya dia kurang welcome terhadap saya, namun karena saya memakai dandanan batik, dan tampang meyakinkan, akhirnya beliau mau juga untuk dimintai pendapatnya. Setelah berlangsung cukup lama dan penulis hendak mengakhiri tanya jawab dengan memberikan souvenir, beliau berujar, "semoga nanti mas sukses deh..saya doain jadi anggota DPR"..celotehan yang disertai doa tersebut memang terkesan sangat normal dan biasa saja, tetapi ada makna mendalam yang bisa saya resapi dan cukup menggelitik.

Makna yang pertama adalah yang cukup menggelitik, pertanyaan "apakah saya pantas jadi anggota DPR?". Pada saat beliau berujar tersebut penulis cukup bingung sebenarnya, mau di aminin ataukah tidak? sehingga penulis hanya bisa tertawa di dalam hati. Doa yang menurut seseorang baik, tetapi belum tentu yg didoakan menganggapnya itu baik. DPR dengan segala seluk beluknya terkadang membuat penulis yang membaca beberapa surat kabar sedikit muak. Lantas apakah baik menolak sebuah doa terlebih orang tersebut masih di depan kita?

Makna yang kedua merupakan resapan dari yang pertama, mengapa sampai seorang ibu yang bisa dibilang masyarakat kelas menengah ke bawah ini sampai mendoakan penulis sedemikian rupa yang dianggapnya baik? maka disinilah penulis baru mengerti tentang sesuatu.

Indonesia merupakan negara dengan berjuta masalah, dan hidup dari menyelesaikan satu masalah ke masalah yang lainnya. Namun kenapa negara ini masih juga sanggup berdiri sampai saat ini? jawabannya adalah adanya rasa optimisme warganya.

Seseorang yang didatangi oleh seseorang seperti saya, dan menjelaskan hal-hal rumit seperti metodologi penelitian dan fungsi penelitian hingga manfaatnya dianggap seseorang tersebut akan membawa negara ke arah yang lebih baik. Ada rasa optimisme yang mereka rasakan disaat anak muda, bisa dibilang demikian, masih ada yang memikirkan bangsanya, rela mencari solusi untuk warganya. Rela berkorban untuk kemashalatan bersama, bukan individu atau segelintir orang. Dari sini kemudian saya berpikir bahwa memang, jika kita ingin negara ini tetap bertahan, teruslah memelihara rasa optimisme ini, dibidang apapun. Buat mereka semua yang tinggal di wilayah kita merasakan hal tersebut. Tularkanlah rasa optimisme.

Seseorang seperti gubernur Jokowi mengapa bisa dicintai rakyatnya, karena beliau berhasil menyebarkan rasa optimisme yang pastinya disertai juga dengan kerja nyatanya.

Rasa optimisme ini akan semakin mudah menyebar disaat seseorang tersebut merasa terpukau dengan apa yang kita katakan, dengan artian semakin kita punya solusi dan berpendidikan tinggi, semakin tinggi pula rasa optimisme seseorang terhadap orang tersebut dalam membawa negara ini ke arah yang lebih baik. Dan memang dalam seminar beberapa bulan yang lalu saya ikuti bahwa suatu kota itu akan terus berkembang jika happy index warga yang tinggal di dalamnya terus meningkat. Happy index akan bisa kita tingkatkan salah satunya dengan menyebarkan optimisme. Jadi, mari kita sebarkan!


Saturday, August 31, 2013

Kontribusi?



Ini merupakan tulisan saya setelah beberapa saat vakum menulis. Entah kenapa belakangan ini diri ini terlalu tidak produktif, banyak pikiran-pikiran yang tidak seharusnya dipikirkan dengan proporsi yang cukup besar sehingga menguras energi padahal masih banyak hal lain yang memerlukan perhatian lebih. Baik, tidak untuk bercerita lebih jauh tentang konflik batin saya, mari kita mulai saja tulisan perdana setelah lama ini. Tulisan kali ini mengangkat tema tentang “kontribusi”. 

Kenapa kontribusi? Karena “kontribusi” ini memiliki banyak makna dalam penerapannya. Seseorang bisa menggunakan kata ini dalam berbagai bidang. Seseorang yang bermain sepakbola misalnya bisa saja mengecap bahwa dirinya sudah cukup berkontribusi dengan mencetak satu gol. Sedangkan di sisi lain, pemain lainnya menganggap dirinya telah berkontribusi dengan memberikan 3 buah assist dalam pertandingan tersebut. Sungguh kata “kontribusi” ini memiliki banyak makna tergantung siapa yang memaknainya. Sungguh pikiran subjektif. Demikian juga dengan penulis memaknai kata “kontribusi” ini tidak terlepas dari pikiran subjektif penulis.

Sejak dahulu sejak jaman kuliah, penulis selalu berpendapat bahwa “kontribusi” adalah sesuatu yang seharusnya tidak dirasakan oleh suatu entitas kecil saja, melainkan entitas yang lebih besar. Dalam pikiran ini, penulis menganggap bahwa kontribusi sejatinya dirasakan oleh masyarakat sebagai entitas yang lebih besar, bukan hanya diri pribadi ataupun segilintir orang atau perusahaan. Jika meminjam istilah seorang tokoh, saya lupa jika bukan Obama, “for the greater good!”. Hal itulah kira-kira yang mendasari penulis dalam kesehariannya, bahkan dalam memilih suatu pekerjaan. Mungkin sebagian orang berpikir bahwa pikiran ini merupakan suatu denial atas kondisi yang dialami oleh penulis yang tidak mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang cukup memuaskan. Penulis tidak menyalahkan karena penulis pernah memiliki pikiran yang sama terhadap suatu kumpulan orang yang menamakan dirinya sebagai “komunitas anti kemapanan” atau “gerakan anti kemapanan” dan sebagainya. Dalam pandangan penulis, hal tersebut bisa saja karena memang orang-orang tersebut mengalami suatu denial terhadap kondisi hidupnya yang tidak bisa beranjak menuju tahap mapan. Dan penulis akan melakukan revisi pemikiran seandainya gerakan anti kemapanan tersebut digandrungi oleh orang-orang yang benar-benar mapan.

Kembali ke persoalan kontribusi dan memilih pekerjaan, akhirnya memang diri penulis tidak bisa terlepas atas definisi “kontribusi” yang penulis maknai. Beberapa contoh yang penulis lakukan adalah dengan melepas berbagai kesempatan yang mungkin orang berpikir sungguh sayang untuk dilepaskan. Beruntung penulis memiliki orang-orang yang tangguh dan percaya atas apa yang ingin dilakukan oleh penulis dalam hidupnya.
Seperti saja contohnya adalah penulis meninggalkan suatu posisi yang jika trendnya saat ini dikatakan sebagai “comfort zone”. Penulis beranggapan bahwa jika tetap berada di zona tersebut, maka penulis tidak akan berkembang, dan justru mematikan potensi diri penulis meskipun bayaran cukup memuaskan. Namun karena memang ada sesuatu yang penulis anggap masih kurang bermakna dalam penerapan “kontribusi” ini maka penulis pergi meninggalkannya.

Begitu juga belakangan ini, saat penulis ditawari suatu pekerjaan dengan bayaran yang cukup memuaskan, namun penulis justru merekomendasikan ke teman penulis karena memang penulis rasa akan mematikan potensi penulis. Memang semua itu subjektif. Namun demikian, penulis melakukan semua itu tidak tanpa alasan. Mungkin seseorang yang mengerti teori behavioral dan mengikuti kegiatan penulis dari sejak kecil sampai pergulatan pikiran di bangku kuliah sajalah yang akan memiliki analisa yang mendekati behavior penulis. Dikatakan mendekati karena yang mengetahui sempurna dibalik itu semua hanya penulis dan tuhan.

Kembali kepada perihal kontribusi seharusnya dirasakan oleh masyarakat, mungkin sebagian bertanya kembali, masyarakat yang mana? keseluruhan ataukah sebagian golongan masyarakat? Dalam menjawab ini, penulis memiliki strategi yang cukup baik. Penulis selalu beranggapan bahwa tidak apalah hanya segolongan masyarakat saja terlebih dahulu, namun kemudian itu semua harus dirasakan oleh seluruh masyarakat. Mungkin terlihat tidak ada bedanya dengan yang lain, tetapi sebenarnya ada bedanya. Pengkonsepan “for the greater good”, ada tujuan akhirnya yang membedakannya. Sebagian orang hanya selesai pada fase “segolongan” bahkan “dirinya”, padahal ada akhirnya, yaitu “keseluruhan”. 


...........................




Tuesday, March 19, 2013

Les Misérables by Victor Hugo..



Les Misérables ini merupakan karya legendaris dari seorang penulis terkenal asal Prancis, Victor Hugo..Victor Hugo sendiri karya-karyanya sudah sangat terkenal, sebelum Les Misérables ini, beliau juga pernah menulis novel The Huncback of Notredame, karya novel yang sempat diadaptasi menjadi sebuah kartun animasi pada saat saya masih kecil..selain karya ini, juga ada karya-karya beliau lainnya yaitu the man who laughs, ruy blas, william shakespeare , dan lain sebagainya yang jumlahnya tidak terhitung..namun diantara yang fenomenal itu, diantaranya Les Misérables ini yang diciptakan pada tahun 1862. Saya berkesempatan mengenal karya beliau ini agak terlambat juga, baru di tahun 2013 melalui filmnya dengan judul yang sama, di mana dimainkan dengan apik oleh Hugh Jackman, Anne Hathway, Amanda Seyfried, dan juga Russel Crowe.

Les Misérables, jika mengikuti alur cerita film yang mudah-mudahan diadaptasi dengan benar sesuai novelnya, berlatar di Perancis setelah revolusi Bastille, ini menceritakan tentang seorang bekas narapidana, Jan Valjean, yang menjalani hukuman dan memiliki kewajiban untuk melapor serta berada dibawah pengawasan seorang officer keamanan bernama Javert. Javert ini sendiri seorang yang bisa dibilang berpikiran penuh curiga dan juga bisa dibilang selalu memiliki pikiran negatif, dimana dia berpikir sesorang tidak mungkin berubah, sekali seorang pencuri, dia selamanya seorang pencuri..Jan Valjean sendiri mencuri bukan tidak tanpa alasan, beliau mencuri sepotong roti karena ingin menyelamatkan saudarinya yang mau mati kelaparan..namun beliau tidak memperdulikan alasan apapun seseorang berbuat kejahatan..

Setelah selesai menjalani hukuman, Jan Valjean ini kemudian luntang-lantung berjalan tidak tau kemana dia harus pergi, tidak tau bagaimana dia harus makan, sampai suatu hari dia terdampar di depan sebuah gereja. Di depan sebuah gereja itulah kemudian dia bertemu dengan seorang pendeta (bishop), yang jika saya tidak salah namanya Myril, kemudian diundangnyalah Jan Valjean ini masuk ke dalam gereja dan diberi makan dan tempat tidur yang layaklah iya..namun disuatu malam, Jan Valjean malah berniat melarikan diri dan kembali mencuri perhiasan perak yang dimiliki gereja..usaha pelariannya tersebut pun akhirnya diketahui dan kemudian ditangkap oleh pihak keamanan. pihak keamanan membawanya kembali ke gereja dan menghadapkannya kembali kepada si pendeta. namun bukanlah caci maki, tamparan yang diterima oleh Jan Valjean, melainkan sang pendeta dengan sangat baik hati mengatakan memang Jan Valjean membawa seluruh perhiasan perak milik gereja atas seizin dia..bahkan dia lupa untuk membawa sisa perhiasan lainnya. akhirnya Jan Valjean ini kemudian dilepaskan oleh pihak keamanan. mendapat perlakuan baik ini dari pendeta tersebut, membuat Jan Valjean mendapatkan pergolakan batin yang sangat hebat. Akhirnya dia memutuskan untuk tobat dan membuang identitasnya yang lama untuk kemudian mengambil langkah perubahan yang berarti dalam hidupnya.

Cerita pun berlanjut delapan tahun kemudian, dimana setting latar belakang berada di suatu pabrik. Ternyata delapan tahun sudah cukup membuat seorang Jan Valjean menjadi seorang pengusaha yang berhasil. Pabrik tersebut dimiliki olehnya, dan beliau pun dipilih menjadi seorang walikota di daerahnya tersebut. Tentu saja dengan identitas yang berbeda. Di pabrik itu, bekerjalah seorang pekerja wanita bernama Fantine, yang tidak disenangi oleh pekerja wanita lainnya karena wajahnya yang sangat cantik. Suatu ketika terjadilah permasalahan di pabrik, dan Fantine menjadi kambing hitamnya, dan dipecatlah iya oleh mandornya. Pada saat itu Jan Valjean yang berusaha meleraikan tidak dapat melakukan apa-apa dan membiarkan hal itu tetap terjadi karena disaat yang bersamaan Jan Valjean kedatangan seorang tamu dari pihak keamanan, yaitu musuh abadinya, Javert. Javert yang baru dipindahkan ke distrik tersebut tidak mengetahui bahwa seorang walikota yang berada di hadapannya adalah seorang mantan narapidana yang dia cari selama 8 tahun karena hilang tanpa berita. Suatu ketika, curigalah Javert bahwa sang walikota adalah si mantan narapidana karena terjadi peristiwa yang mengingatkan dia mirip pada saat dia mengawasi Valjean saat masih menjadi narapidana. dengan kecurigaannya itu, dia berusaha mengkonfirmasi berita tersebut dengan menghubungi  kantor pusatnya dan ternyata kantor pusatnya mengatakan dia bukan Jan Valjean..Jan Valjean yang asli saat ini berada di persidangan.

Cerita pun berlanjut pada suatu malam, Jan Valjean melakukan patroli di daerahnya..Dia menemukan Fantine, mantan buruh wanita di pabriknya yang ternyata menjadi seorang pekerja prostitusi. Bekerjanya Fantine sebagai seorang prostitusi tidak lain karena dia berusaha untuk mencari uang yang banyak untuk menebus anaknya yang kebetulan dijadikan budak di suatu penginapan. rasa sayang akan anaknya inilah yang kemudian membuat dia rela berubah meskipun tidak sesuai kata hatinya. Pada malam itu, Jan Valjean yang melihat Fantine dikasari oleh salah seorang (mungkin) pejabat, menolongnya. meskipun Fantine sudah meludahi wajahnya dan menyalahkannya karena pada saat itu sang walikota tidak menolongnya, tetap ditolong bahkan dibopongnya untuk kemudian di rawat di rumah sakit.  Namun demikian, Fantine yang ternyata badannya sudah lemah dan tidak berdaya ini ternyata sudah sekarat dan akan wafat. Di saat itulah Jan Valjean berjanji kepada Fantine bahwa dia akan mencari dan merawat anaknya Fantine, yaitu Cosette.

Sehari sebelumnya, Jan Valjean yang mengetahui seseorang akan dihukum atas sesuatu yang bukan salahnya karena dia dituduh bernama Jan Valjean dan selama ini hilang tidak melapor, mengalami pergolakan batin lagi..sehingga pada saat persidangan, Jan Valjean yang asli datang dan dihadapan persidangan mengaku bahwa orang yang dituduh tersebut adalah palsu..Namun demikian, Jan Valjean tidak ditahan, dan pergi begitu saja..Javert yang mengetahui hal itu segera mengejar Jan Valjean untuk mencarinya..Nah pada malam sekaratnya Fantine, dan setelah Fantine meninggal di rumah sakit, Javert datang ke rumah sakit tersebut untuk menangkap Valjean, namun kemudian Valjean berhasil melarikan diri..

Setting pun kemudian berubah, ke suatu tempat dimana Cosette bekerja sebagai budak..Cosette kecil yang bekerja sebagai budak tersebut mendapatkan perlakuan yang kasar serta berbeda dari pemilik penginapan. Pemilik penginapan bernama Thenradier dan madame Thenardier ini memiliki anak yang bernama Eponine. Eponine ini diperlakukan dengan sangat baik sedangkan Cosette di perlakukan dengan kasar. Suatu waktu disuruhlah Cosette untuk mengambil air dan mencari kayu bakar di hutan sendirian. Cosette sangat ketakutan, namun tetap harus pergi. Di malam itulah kemudian Cosette bertemu dengan Valjean. Valjean yang mengetahui bahwa anak tersebut bernama Cosette langsung membawanya bertemu dengan pasangan Thenardier, dan berniat menebusnya dengan jumlah uang yang sangat besar. Pasangan Thenardier yang gila akan harta inipun kemudian menerimanya, dan sejak itulah Cosette dirawat oleh Valjean. Namun demikian, pada saat mau pergi mereka bertemu dengan Javert yang ternyata mencari Cosette juga karena percaya dengan instingnya yang mengatakan bahwa Valjean pasti akan mencari Cosette. Karena selisih jalan, akhirnya Javert pun mengejar-ngejarnya. Dengan segala cara akhirnya Valjean dan Cosette berhasil melarikan diri dari kejaran Javert. Valjean dan Cosette akhirnya menemukan sebuah biara, dan akhirnya Cosette bersama Valjean hiduplah untuk sementara di biara tersebut.

Ceritapun mengalami fast forward ke beberapa tahun kemudian, saat Cosette sudah besar, dan revolusi Perancis akan berkobar kembali. Muncullah tokoh baru yaitu Marius dan Enjolras, dan tentu saja Eponine yang sudah besar. Marius dan Enjolras merupakan pemimpin kaum muda yang memiliki cita-cita tinggi akan masa depan Perancis dan juga sudah muak dengan kekuasaan raja Perancis, dimana mereka melihat banyak sekali kemiskinan dimana-mana. Kedigdayaan kerajaan tidak mampu mensejahterakan masyarakatnya. Marius sendiri diceritakan merupakan seorang cucu salah satu pejabat di pemerintahan kerajaan Perancis, dengan kata lain dia merupakan orang yang cukup mapan. Namun keadaan sekitar masyarakatnya dan jiwa mudanya membuat dia bergabung dengan Enjolras. Eponine yang mengetahui kebaikan hati Marius tersebut pun jatuh cinta kepada Marius, namun selalu bertepuk sebelah tangan. Pada suatu ketika, saat Cosette dan Valjean jalan-jalan di kota dan memberikan sedikit rezeki kepada masyarakatnya yang miskin, bertemu pandanglah kedua mata antara Cosette dan Marius. Dan terjadilah cinta pada pandangan pertama bagi keduanya. Marius yang merasa Cosette adalah belahan jiwanya akhirnya meminta bantuan Eponine untuk mengetahui dimanakah berada tempat tinggal buah hatinya tersebut. Dia meminta bantuan Eponine memang karena dia tidak tahu perasaan sebenarnya dari Eponine. Akhirnya dengan bantuan Eponine, diketahui lah tempat tinggalnya. Dan mereka pun bertemu untuk kedua kalinya. Namun baru bertemu sebentar, Valjean memanggil Cosette untuk masuk ke dalam rumah karena memang mereka tidak boleh diketahui keberadaannya karena dikhawatirkan akan dikejar kembali oleh Javert. Cosette yang sedih karena merasa kehidupannya selalu berada di pengasingan pun sangat sedih karena tidak bisa merasakan kehidupan normal seperti anak wanita seusianya. Dalam suatu ketika pun dia mempertanyakan mengapa mereka harus lari terus, siapa sebenarnya ayah angkatnya ini, Jan Valjean?

Revolusi Perancis pun kemudian akan bergejolak kembali. Kaum muda yang dipelopori oleh Enjolras, Marius, dan pengikut setianya yang masih kecil Gavroche, akhirnya berencana memulai revolusi. Hal pertama yang mereka lakukan adalah dengan mempersenjatai para kaum muda ini. Marius yang hatinya bimbang karena Cosette pun kembali hatinya diteguhkan kembali oleh Enjolras untuk fokus kepada Revolusi. Revolusi pun dimulai! Revolusi dimulai pada saat ada pawai yang sepertinya pemakaman raja Perancis yang disabotase oleh kaum muda ini. Pada saat sabotase terjadi, terjadilah saling tembak antara kedua kubu, kaum muda dan pemerintah. Kaum muda yang terdesak akhirnya mundur ke garis terbelakang dari markasnya. dengan dibantu oleh segala macam perkakas dan perabotan rumah semua masyarakat yang berada di sana, mereka pun mendirikan sebuah benteng untuk bertahan. Marius yang merasa ini mungkin akhir hidupnya, mmbuat suatu surat yang ditujukan kepada Cosette yang kemudian dititipkan kepada Gavroche sebagai kurir untuk diberikan kepada Cosette. Namun, pada saat ingin memberikan surat tersebut, ternyata surat tersebut diterima pertama kali oleh Valjean. Valjean yang baik hatinya inipun kemudian mengalami pergolakan lagi dalam dirinya. Akhirnya ketakutan dia selama ini sebagai seorang ayah dari anak perempuan sampai juga yaitu saat ada seorang pria yang jatuh cinta kepada anaknya tersebut. Pergolakan batin yang dirasakan tersebut akibatnya membuat Valjean merasa bahwa dia tidak boleh membuat Cosette bersedih, dan harus menyelamatkan pria tersebut yang sedang terkepung oleh pasukan pemerintah.

Di markas kaum muda, pemerintah kerajaan pun mengirimkan seluruh pasukannya untuk memberantas pemberontakan kaum muda tersebut. Javert pun disusupkan diantara kaum muda sebagai mata-mata. Dia ikut membantu para kaum muda dalam mempersiapkan diri di benteng terakhirnya. Ketika dibutuhkan seorang mata-mata untuk melihat persiapan tentara kerajaan di garis depan pun akhirnya Javert mengajukan diri. Namun dia ternyata justru membocorkan persiapan pemberontakan kaum muda di benteng terakhirnya. Pada saat Javert kembali ke kaum muda, ternyata dia diketahui oleh si kecil Gavroche bahwa Javert adalah seorang mata-mata dari pasukan kerajaan. Karena diketahui oleh kaum muda, akhirnya Javert pun ditahan dan kemudian diikat di dalam suatu ruangan.  Peperangan tahap pertama ini menewaskan Eponine, teman dari kecilnya Marius yang jatuh cinta kepada Marius. Pada saat terdesak itulah Marius memegang suatu mesiu yang apabila diledakkan akan mengakibatkan kedua kubu tewas semua. Dia sudah tidak peduli dengan nyawanya. Setelah digertak seperti itu, pasukan kerajaan pun mundur sedikit.

Pada saat itu, datanglah Valjean sebagai seorang Volunteer. Valjean yang baru datang tersebut tadinya dicurigai sebagai musuh juga, namun Gavroche mengenal dia karena sebelumnya dialah yang menerima surat Marius yang ditujukan kepada Cosette. Kagetlah begitu Valjean mengetahui bahwa Javert sedang berada dalam kondisi terikat. Dan akhirnya Vljean mengajukan diri untuk mengeksekusi Javert. Di bawalah Javert ke suatu jalanan kosong. Namun bukan membunuh Javert yang dilakukan oleh Valjean, melainkan memberikan kesempatan Javert untuk lari. Sikap Valjean yang sangat berubah ini membuat Javert bingung. Dan Javert pun dengan mulainya pergolakan batin di dalam hatinya pergi kembali bergabung dengan pasukan kerajaan.

Kembali ke markas kaum muda, kaum muda yang mendengar suara letusan pistol menganggap bahwa Javert telah tewas, padahal sebenarnya itu hanya tembakan agar memang kaum muda berpikiran seperti itu. Di kaum muda, mereka kekurangan amunisi. Dan berada dititik terendah revolusi..mereka semua di ujung kematian. Pada saat itulah Gavroche memberanikan diri untuk mengambil amunisi di mayat-mayat milik pasukan kerajaan karena mereka banyak meninggalkan amunisi. Kepercayaan diri yang tinggi yang dimiliki oleh Gavroche bahwa dirinya tidak akan ditembak karena dia anak kecil ditanggapi berbeda oleh pasukan kerajaan..akhirnya Gavroche pun ditembak oleh pasukan kerajaan hingga tewas. Kondisi ini mengakibatkan kemarahan kembali di antara dua kubu yang sedang berperang..meletuslah kembali peperangan. Kali ini Marius terkena di dadanya hingga pingsan. Pasukan kerajaan pun segera perlahan-lahan mendekati benteng pertahanan kaum muda. Valjean yang melihat Marius pingsan lalu menariknya ke gorong-gorong selokan dan berdua melarikan diri, karena dia tidak mau kekasih hati anak angkatnya tersebut mati. Pasukan kerajaan yang berhasil masuk ke benteng kaum muda pun akhirnya menembak mati semua kaum muda. Dan diakhiri dengan mengeksekusi pemimpin mereka, Enjolras, yang dengan menggenggam bendera revolusi berteriak "vive le France!" dan diakhiri dengan peluru panas menembus badannya. berakhirlah peperangan kaum muda di pagi itu.

Valjean yang berhasil melarikan diri pun akhirnya mengangkat tubuh Marius melewati gorong-gorong di bawah tanah. Sementara itu, Javert yang melakukan inspeksi mencari jenazah Marius ataupun Valjean. Namun tidak ditemukan. Barulah kemudian dia sadar bahwa Valjean melarikan diri lewat gorong-gorong. Pasukan kerajaan yang lain tidak tahu, namun diam-diam Javert mencari ujung dari gorong-gorong tersebut. Ditemukanlah Valjean yang sudah berlumuran lumpur tersebut sedang menggendong Marius. Javert pun menodongkan senjatanya, namun Valjean memohon bahwa tolong berikan satu hari saja untuk dia membawa Marius ke rumah sakit karena jika tidak jiwanya tidak bisa diselamatkan. Javert yang bimbangpun melepaskan Valjean begitu saja. 

Diantara kebimbangan tersebut, dan mulai munculnya pergolakan serta hancurnya kepercayaan dalam dirinya bahwa seorang penjahat akan selamanya menjadi penjahat dan mengulanginya lagi, membuat Javert tidak tahu harus bagaimana, sambil bergolak dan berdiri diatas jembatan yang sangat tinggi, akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri dan loncat dari jembatan tersebut. Berakhirlah kisah perburuan Javert kepada Valjean.

Marius yang terluka parah pun akhirnya sadar, dan telah menemukan dirinya berada di bangsal rumah sakit ataupun biara. Dan Cosette berada disampingnya. Marius pun kemudian melakukan reka ulang pada malam peperangan dengan mengunjungi markas mereka, yang mana sudah hancur dan hanya menysakan kesedihan.

Kemudian cerita mengalami fast forward lagi dimana Cosette menikah dengan Marius. Namun sangat sedih karena ayah angkatnya, Valjean tidak hadir. Justru pasangan Thenardier yang datang. Maka diusirlah pasangan ini oleh Marius dan tanpa sengaja Marius melihat cincin yang diberikan kakeknya ada di tangan Thenardier. Diceritakanlah oleh Thenardier bagaimana Valjean membawanya lewat gorong-gorong pada malam teman-temannya tewas tersebut. Dan Marius dan Cosette pun menanyakan kemana sekarang Valjean, yang diberitahu bahwa dia berada di biara.

Di biara, Valjean yang sudah sekarat dan menjelang wafat pun bercerita kepada Cosette dan Marius yang sudah datang tentang siapa dia sebenarnya dan kenapa selama ini dia lari dan membawa Cosette serta. Hingga akhirnya Jan Valjean, seorang mantan narapidana yang akhirnya berubah, wafat dan mengakhiri cerita.

Cerita Les Misérables ini menurut saya sungguh cukup fantastis. Yang pertama karena cerita ini sudah diadaptasi oleh beberapa teater dan opera untuk diangkat. Mungkin sudah beribu-ribu orang memainkan lakon ini diberbagai negara, yang mana yang terbaru nantinya akan di pentaskan di Graha Kesenian Jakarta pada 26-27 April. Selain itu, dikarenakan sejak awal mula dipentaskan mungkin memang karena selalu dengan gaya musikal, maka lagu-lagu serta lirik yang dibawakan menjadi kekal dan menjadi ingatan banyak orang. Seperti halnya lagu,"do you hear the people sing", yang mana lagu ini menggambarkan kemarahan masyarakat Perancis waktu itu yang dikomandoi oleh kaum muda. Memang ini merupakan cerita fiksi, namun menurut beberapa ulasan diberbagai media, cerita ini sendiri diadopsi dan terinspirasi oleh tokoh yang pernah hidup pada waktu itu. Banyak pesan yang bisa digali disini. Terutama bagi mereka-mereka yang dekat dengan rakyat dan memikirkan rakyat.

Yang kedua, novel ataupun film ini apapun bentuknya sangat bagus menginspirasi kaum muda yang muak dengan kemapanan kaum tua, dalam artian para pemangku kekuasaan yang karena sudah terstruktur selama bertahun-tahun hingga mengkultur dalam dirinya dan anti melihat kemiskinan masyarakat. Karya ini bisa menjadi inspirasi mereka untuk bergerak menuntut kesjahteraan rakyat. Seperti halnya yang terjadi pada saat gerakan demonstrasi di Amerika yang pernah ada menggunakan lagu ini dengan di ubah sedikit liriknya.

Yang kemudian yang ketiga adalah, terlepas dari film ini bagus atau tidaknya, saya pikir film ini sudah cukup bagus. Banyak yang mengkritik bahwa Hugh Jackman dan Russel Crowe bermain dengan jelek, namun menurut saya akting mereka sudah tidak diragukan lagi. Hugh Jackman mampu membawakan tokoh Jan Valjean dengan baik, dan menjiwai dirinya sebagai seorang ayah yang melindungi putrinya, sebagai seorang yang ingin berubah, dan seorang yang memegang prinsip-prinsipnya. Sedangkan Russel Crowe juga demikian mampu membawakan Javert yang keras dan patuh kepada hukum buatan kerajaan Perancis. Dengan kata lain, film ini cukup bagus untuk ditonton karena banyak pesan-pesan di dalamnya. Namun demikian, mungkin agak sulit diterima bagi mereka yang kurang familiar dengan film-film musikal seperti karya ini, dan karya-karya penulis lain seperti The Sweeney Todd, Fiddler on the Roof, dan yang masa kini adalah Across the Universe.


Akbarecht, Penikmat Seni