Mahasiswa dan skripsi, ya dua kata yang tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang lainnya..Jika anda mahasiswa, maka kelak akan membuat skripsi, dan jika ada skripsi, maka sudah pasti itu hasil buatan mahasiswa (kecuali faktor-faktor lain yang membuat bukan si mahasiswa).
Judul ini membuat saya berpikir kembali mengenai beberapa bulan sebelum ini ditambah dua semester kegagalan dalam menulis skripsi..Jelas pada saat itu saya masih berstatus sebagai mahasiswa.:)
Entah mengapa padahal sudah selalu diceritakan turun temurun bahwa skripsi ini apabila diibaratkan, merupakan suatu benda yang sangat berbahaya apabila dilalaikan, namun tetap saja kita tidak pernah mencoba menganggap serius benda satu ini..Mulai dari bapak, ibu, om, tante, bibi, teman atau apalah sebutannya selalu saja mengingatkan..
Skripsi memang unik, karena sifatnya yang hanya satu matakuliah, dan harus konsentrasi pada satu matakuliah tersebut ditambah dengan jangka waktu yang cukup lama (kurang lebih 4 bulan jika di UI) membuatnya tidak pernah dikerjakan..Agak kesal misalnya kita tahu bahwa di akhir suatu bulan rupanya tidak ada perkembangan yang cukup signifikan terhadap skripsi ini..Menunda merupakan tindakan yang menyenangkan..kita masih banyak waktu pikir kita..kita pasti bisa dalam waktu singkat pikir kita..Yaaa, bisalah..menurut kita..tetapi tidak demikian kenyataannya..butuh 2 semester dan 1 semester serius yang membuat diri ini sadar untuk tidak meremehkan skripsi..bahkan setelah selesai pun, setelah kembali ke dunia yang sebenarnya, ternyata skripsi kita hanyalah kulit..tak lebih bermakna..maka tak heran jika kemudian banyak ditemui bekas skripsi menjadi bungkus gorengan.
Skripsi merupakan suatu proses, pembentukan project pemikiran yang telah ditanamkan sejak semester 1 kita kuliah, menjadi suatu karya nyata pemikiran kita..walau kemudian belum sempurna..Bisa dibayangkan, butuh beberapa kali kita mencoba untuk mengingat teknik pembuatan makalah, proposal kegiatan, hingga redaksional kata sehingga benar-benar pas dalam skripsi kita..
Skripsi dapat dikerjakan sesuai mood kita..tapi itu tidak benar juga..mood bukanlah dicari, melainkan harus dibentuk..beberapa kali saya menunggu mood itu datang, karena malas hingga menjadi terbengkalai..jika mood itu kita mulai cari, mulai mengerjakan hal-hal yang kecil seperti membersihkan kamar, merapihkan meja belajar, hingga menyesuaikan tata letak kamar kita, plus membersihkan diri, maka mood itu akan datang dengan sendirinya..
Skripsi harus dikerjakan setiap hari..itu benar..Dalam suatu kesempatan saya mencoba untuk membuat suatu makalah kelompok..dalam satu hari, ternyata efektif hanya 4 halaman yang dapat saya hasilkan apabila menggunakan pikiran dan serius memikirkan redaksional katanya..berbeda halnya yang dengan meng-copy paste tulisan saja..mungkin bisa lebih..
Yang terakhir, skripsi harus punya motivasi yang jelas..Berpuluh-puluh motivasi telah saya dapatkan mungkin..dari teman, ayah,ibu, bahkan pembimbing..tetapi belum mampu kita formulasikan menjadi suatu semangat kerja..teman saya pernah menulis di kertasnya,
"a present for a new spirit...!moga terus s.e.m.a.n.g.a.t klo lagi kerjasama ama si laptop.hehehe.:D..ayo semangat..!!semangat...!!! bisa..bisa..bisa..bet a new spirit!
Hingga suatu saat ibu saya juga mengirimkan surat dari Batam yang menuliskan hanya,
" Maju terus ya..pantang menyerah ya..berjuang dulu sampai batas benar-benar tak dapat dan mentok dalam mencari solusi....???berdoa pada Allah, mohon diberi kemudahan dalam menjalani cobaan hidup ini..Insyaallah, diridhoi dan dikabulkan..Amien..Love mama"..
Surat yang singkat, dan membuat saya berpikir..terenyuh tidak bisa berkata apa-apa..memang, saya percaya, apabila kita gagal, tidak semua orang akan memandang gagal kita..masih ada orang-orang yang akan dengan setia mendampingi kita berjalan bersama kita, terus mensupport kita..tapi sampai kapan?
Pertanyaan ini memasuki alam bawah sadar, dan membuat diri saya menangis pada saat gagal kedua kalinya.."saya tidak ingin skripsi ini selesai dalam kondisi salah satu orangtua saya sudah tidak ada..saya masih punya mereka..kenapa sih tidak sekali ini saja berjuang untuk mereka melawan semua nafsu malas saya?melawan egoisme saya?melawan kesokpintaran saya?".
Alhamdulillah, salah satu tahap proses pergolakan pemikiran telah berhasil saya lewati..bukan berarti saya tidak ingin kembali melakukan proses pergolakan pemikiran lagi..malahan saya tertantang untuk mencoba dengan level yang berbeda pula..dan Alhamdulillah apabila orang-orang yang terus mendukung saya akan tetap ada hingga proses itu selesai..
semoga...
Akbarecht
-Sore-sore, mencoba membangkitkan kembali sense menulis yang agak mati semenjak magang-